Pejuang Air Bersih Desa Batuah

23 November 2022
Administrator
Dibaca 127 Kali
Pejuang Air Bersih Desa Batuah

Sejak Indonesia Merdeka tahun 1945, baru pada era Abdul Rasyid sebagai kepala desa Batuah merasakan hadirnya air bersih. Tidak heran jika kini, dia mendapat label; pejuang air bersih.

Wartawan Beritakaltim mengunjungi daerah kekuasaan Pak kades di Batuah. Jaraknya dari Kota Samarinda sekitar 30 kilometer. Sebagian pemukiman malah terletak di antara jalan poros Samarinda-Balikpapan yang kerap disebut Jalan Soekarno-Hatta. Warga yang melintas di daerah itu, sering pula mampir untuk sholat di masjid Muhammad Chengho yang terletak di Dusun Tani Desa itu.

Matahari masih begitu terik saat Wartawan Beritakaltim tiba di Desa Batuah, Kecamatan Loa Janan, Kabupaten Kutai Kartanegara. Begitu berjumpa dengan Kepala Desa Abdul Rasyid, langsung diarahkan ke Desa Karya Makmur, yaitu tempat pengelolaan air bersih yang dibangun oleh kepala desa.

Letak tempat pengelolaan air bersih itu hanya sekitar 30 meter dari jalan poros Samarinda-Balikpapan. Dari tempat inilah, dalam dua tahun terakhir, sekitar 600 warga dusun itu terlayani air bersihnya.

Padahal, sejak bertahun-tahun, bahkan ketika sang kepala desa masih anak-anak di kawasan pemukiman itu, belum pernah tersentuh layanan air bersih dari pemerintah.

Tidak mengherankan kalau akhirnya Abdul Rasyid terlihat antusias menunjukkan buah karyanya selama menjadi kades dalam hal menyediakan air bersih warga. Dibantu oleh sahabatnya, Nasrullah dan juga para warga yang terlibat dalam BUMDes atau badan usaha milik desa, kini warga desa itu merasa gembira karena sudah terlayani air bersih buah karya Pak Kades.

Desa mereka memang tak mudah terjangkau layanan PDAM. Jaraknya dari ibu kota kecamatan Loa Janan yang sudah tersambung air bersih milik pemerintah daerah (PDAM), sekitar 30 kilometer melalui jalan perbukitan dan jurang.

Tingkat kesulitan itu membuat Abdul Rasyid memutuskan, tidak perlu menunggu PDAM menyambung pipa ke desa mereka. Hingga akhirnya dia membangun sendiri Pansimas atau penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat.

Ada banyak cerita suka cita setelah adanya pansimas di dusun itu. Warga tidak lagi membeli air bersih dari penjual air tandon. Warga sekarang bisa menikmati air bersih dari instalasi air pansimas ke rumah mereka.

Seperti pelanggan PDAM juga, tiap rumah warga terpasang meteran air sehingga terkontrol berapa kubik air terpakai setiap bulan. Menurut Abdul Rasyid, dari 10 Dusun di daerah yang dipimpinnya, kini sudah ada 4 unit Pansimas. Targetnya, tahun 2024 semua desa sudah bisa terlayani. “Idealnya, tiap desa ada satu unit pansimas,” ujarnya.

Sumber : BERITAKALTIM.CO